Anak Korban Pelecehan Tak Punya Identitas, Polisi Malaysia Juga Telusuri Dugaan Penelantaran 402 Anak Panti Asuhan
Sabtu, 14 September 2024 - 11:42:36 WIB
KUALA LUMPUR (BabadNews) - DARI ratusan anak-anak panti asuhan di Malaysia yang diduga jadi korban pelecehan seksual, banyak di antaranya yang ditinggal orang tua mereka sejak usia 2 tahun. Kepolisian Malaysia juga masih menyelidiki apakah anak-anak tersebut bersekolah atau tidak.
‘’Sejak usia 2 tahun mereka dipisahkan dari orang tua yang bekerja ke Arab Saudi atau Turki. Ada dari mereka yang belum pernah melihat orang tua masing-masing sama sekali,’’ kata Inspektur Jenderal Polisi Malaysia Razarudin Husain dalam konferensi pers di Kuala Lumpur, Jumat (13/9) seperti dikutip dari The Star.
Ke-20 panti asuhan tempat tinggal 402 anak tersebut terkait dengan Global Ikhwan Services and Business Holdings (GISB). Kepolisian Malaysia menggerebek panti-panti asuhan yang terletak di Selangor dan Petaling Jaya itu pada Rabu (11/9) sekaligus mengevakuasi ratusan anak yang berusia 1-17 tahun tersebut ke pusat pelatihan polisi. Dalam razia besar-besaran itu, ditangkap pula 171 orang yang terdiri atas guru agama dan pengurus panti.
Anak-anak tersebut diduga mengalami pelecehan seksual dan penganiayaan. Selain kasus dugaan pelecehan, polisi juga masih menyelidiki apakah anak-anak tersebut bersekolah. Jika terbukti tidak, itu bakal jadi dakwaan terpisah.
‘’Kami sedang menyelidiki dugaan penelantaran,’’ katanya.
Polisi juga menyelidiki orang tua dari masing-masing anak. Mereka ingin mengetahui apakah orang tua 402 anak itu meninggalkan buah hatinya atas perintah ketua GISB atau atas keinginan pribadi. Kesulitannya adalah soal dokumen. Sebab, tidak semua anak punya dokumen identitas.
‘’Kami melakukan wawancara pengasuh yang juga sedang ditahan,’’ tuturnya.
Wawancara itu lebih pada menemukan dokumen identitas anak-anak yang berpisah dari orang tuanya. Sehingga kepolisian dapat menemui keluarga si anak tersebut.
Menurut Chanel News Asia, Husain juga membeberkan bahwa anak-anak tersebut mengalami luka. Ada anak berusia 5 tahun yang kulitnya terbakar karena sendok yang sudah dipanaskan. Di sisi lain, ada anak yang sampai kritis karena tidak boleh berobat.
Bantahan GISB
Sementara itu, GISB membantah terjadi pelecehan dan penganiayaan di tempat-tempat yang berada di bawah naungan mereka. Wakil Direktur GISB Mokhtar Tajudin juga membantah terjadinya penelantaran.
‘’Dugaan liwat (sodomi) itu sangat tidak benar. Kami organisasi Islam, jadi sudah pasti tidak ada hal seperti itu,’’ katanya kepada The Star.
Mokhtar menambahkan, masih belum jelas apakah panti-panti asuhan yang dirazia polisi beroperasi di bawah GISB. ‘’Sebab, tempat-tempat yang dirazia itu merupakan tempat bisnis. Statusnya hanya di bawah binaan GISB,’’ katanya.
Dia menjamin kesejahteraan semua staf GISB. Dia juga menyatakan sedang dalam proses mencari bantuan hukum.
Kasus itu membuat masyarakat Malaysia marah. Sebab, aduan kepada polisi sebenarnya sudah dilayangkan sejak 2011. Mereka mempertanyakan kenapa tidak ada tindakan sejak awal.
Perdana Menteri Malaysia Anwar Ibrahim kemarin menyatakan sudah menginstruksikan pihak berwenang untuk menyelidiki kasus tersebut. Dia juga minta kepolisian untuk mengambil tindakan tegas kepada GISB jika terbukti melakukan pelanggaran.
‘’Ini menyangkut kepercayaan masyarakat. Ini penting dan serius serta melibatkan penyalahgunaan agama,’’ ungkapnya.
GISB dikaitkan dengan aliran Islam yang dilarang di Malaysia sejak 1994, yakni Al Arqam. Selain panti asuhan, GISB juga memiliki bisnis supermarket hingga binatu yang beroperasi di 20 negara.(hen/lyn/c6/ttg)
Sumber: Riaupos.com
Komentar Anda :