Salat Sudah Rajin tapi Kenapa Maksiat Masih Jalan?
Sabtu, 18 Mei 2024 - 13:35:07 WIB
(BABADNEWS) - Salat merupakan ibadah yang wajib dilaksanakan oleh setiap muslim lima waktu dalam sehari. Muslim diajarkan salat memiliki banyak keutamaan, salah satunya adalah mencegah dari perbuatan keji dan mungkar.
Allah SWT berfirman dalam surah Al Ankabut ayat 45:
ٱتْلُ مَآ أُوحِىَ إِلَيْكَ مِنَ ٱلْكِتَٰبِ وَأَقِمِ ٱلصَّلَوٰةَ ۖ إِنَّ ٱلصَّلَوٰةَ تَنْهَىٰ عَنِ ٱلْفَحْشَآءِ وَٱلْمُنكَرِ ۗ وَلَذِكْرُ ٱللَّهِ أَكْبَرُ ۗ وَٱللَّهُ يَعْلَمُ مَا تَصْنَعُونَ
Artinya: Bacalah apa yang telah diwahyukan (Allah) kepadamu, yaitu Al-Kitab (Al Qur'an) dan dirikanlah salat. Sesungguhnya salat itu mencegah dari (perbuatan-perbuatan) keji dan mungkar. Dan sesungguhnya mengingat Allah (salat) adalah lebih besar (keutamaannya dari ibadah-ibadah yang lain). Dan Allah mengetahui apa yang kamu kerjakan.
Namun pada kenyataannya, kita jumpai fenomena yang bertolak belakang. Ada sebagian orang yang tampak rajin mendirikan salat. Namun di sisi lain, mereka masih saja terjerumus dalam perbuatan maksiat.
Muhammad Aqil Haidar, Lc., M.H., Dosen Tafsir dan Bahasa Arab di Sekolah Tinggi Ilmu Ushuluddin Dirosat Islamiyah Al-Hikmah Jakarta, mengatakan, salat itu adalah kewajiban setiap muslim yaitu dengan kategori berakal, baligh, hingga suci dari haid dan nifas untuk perempuan.
"Ditinggalkan jika tidak ada udzur yang syar'i yang saya sebutkan tadi, maka dia berdosa. Artinya siapapun dia, saleh ataupun tidak saleh, salat adalah kewajiban. Maksiat atau tidak itu tidak ada urusan. Salat adalah kewajiban," ujar Aqil Haidar, saat dihubungi oleh detikHikmah, Jumat (17/5/2024).
"Itu satu ketentuan yang tidak bisa dikaitkan dengan saleh dan tidak salehnya seseorang. Bukan berarti yang saleh wajib, yang tidak saleh tidak wajib, itu tidak ada," lanjutnya.
Justru ketika seseorang belum bisa meninggalkan maksiat, maka kewajiban salat itu semakin dia butuhkan. Karena Allah SWT berfirman, salat bisa menjauhkan kita dari perbuatan keji dan mungkar.
"Kamu masih salat saja masih maksiat, apalagi meninggalkan. Tetapi ketika kamu melaksanakan salat, maka insyaallah kalaupun maksiat, maka maksiatnya akan terukur dan akan tereduksi secara perlahan. Memang tidak instan, tetapi salat itulah yang akan kemudian mencegah kita dari perbuatan keji dan mungkar," tutur Aqil Haidar.
Maka dari itu, jangan pernah sekali-kali untuk meninggalkan salat. Sebab, salat adalah tiang agama yang bisa berpengaruh kepada kehidupan.
"Kualitas salat sangat menentukan seberapa dia berpengaruh terhadap kehidupan. Tapi katakanlah kita belum bisa melakukan salat yang berkualitas, bukan pembenaran untuk kemudian tidak salat," tukas Aqil Haidar.
Di samping memperbaiki kualitas salat, mendekatkan diri kepada Allah SWT melalui doa juga merupakan langkah penting untuk terhindar dari perbuatan maksiat. Doa merupakan bentuk komunikasi langsung antara hamba dan Tuhannya, di mana kita dapat mencurahkan isi hati dan memohon pertolongan.
Menukil buku Doa dan Zikir Sepanjang Tahun oleh H. Hamdan Hamedan, MA, berikut adalah doa menghindari maksiat:
أللهمَّ احْرمْنِي لَذَّةَ مَعْصِيَتِكَ، وَارْزُقْنِي لَذَّةَ طَاعَتِكَ
Arab latin: Allâhumma ahrimnî ladzdzata ma'shiyatika, warzuqnî ladzdzata thâ'atika.
Artinya: "Ya Allah, luputkan aku dari kelezatan maksiat kepada-Mu, dan berikanlah aku kelezatan untuk taat kepada-Mu."
Dalam hal ini, muslim dapat memanjatkan doa agar dijauhi dari godaan maksiat dan diberikan kekuatan untuk istiqomah di jalan kebaikan. Menyambungkan diri dengan Allah SWT melalui doa akan memberikan ketenangan hati dan memperkuat tekad untuk menjauhi perbuatan tercela.
Seiring dengan usaha untuk memperbaiki kualitas salat, doa akan menjadi pelengkap yang sempurna dalam mendekatkan diri kepada Allah SWT dan meraih kebahagiaan di dunia dan akhirat.
Sumber: Detik.com
Komentar Anda :