Nenek di Gaza Rajut Topi dari Wol Usang untuk Cucu, Agar Tak Kedinginan
Rabu, 24 Januari 2024 - 10:27:51 WIB
GAZA CITY (BABADNEWS) - Perang antara Israel dengan Hamas terus berkecamuk hingga detik ini. Perang tersebut hanya meninggalkan luka dan trauma kepada semua korbannya.
Rumah yang seharusnya menjadi tempat berlindung dari panas dan dinginnya udara telah runtuh akibat serangan rudal. Sehelai baju yang mereka kenakan adalah satu-satunya harta benda yang dapat diselamatkan.
Shahinaz Bakr, seorang nenek yang mengungsi dekat perbatasan Mesir tengah sibuk merajut topi wol untuk salah satu cucunya. Ia dan cucunya kini tinggal di tenda yang didirikan di bawah langit terbuka di kota Rafah di Jalur Gaza selatan.
Yang mengenaskan, Bakr mendapatkan wol untuk merajut dengan merobek sweter usang milik keluarganya. "Saya mendapatkan wol dari jaket usang atau pakaian rusak dan sobek yang dibuang tetangga," cakapnya dikutip dari laman kantor berita Anadolu, Bakr.
"Mengerjakan rajutan wol adalah salah satu hobi favorit saya yang ternyata sangat berguna saat ini mengingat adanya perpindahan," sambungnya.
Bakr menunjukkan bahwa para pengungsi di kamp kerap memintanya untuk merajut beberapa helai wol untuk melindungi anak-anak mereka dari cuaca dingin ekstrem yang memperburuk keadaan. Pengungsi lain di kamp juga mendekati Bakr untuk membeli beberapa produk wolnya.
Karena mereka tidak dapat menemukan pakaian untuk anak-anak mereka atau membelinya karena perang yang sedang berlangsung. Harganya pun mahal.
Bakr menceritakan, jika sebelum pecahnya perang antara Israel-Palestina pada 7 Oktober 2023, ia dan keluarganya tinggal di lingkungan Sheikh Radwan. Setelah itu keluarganya mengungsi menuju ke selatan dengan berjalan kaki menggunakan Jalan Al-Bahr, di tengah kepanikan dan ketakutan yang menimpa anak-anak dan orang dewasa.
"Dengan dimulainya perang, tentara mulai menargetkan daerah tersebut dengan serangan udara yang keras," katanya, seraya menambahkan bahwa tentara memperingatkan mereka untuk mengungsi ke arah selatan.
Kebutuhan pokok para pengungsi di kamp-kamp Rafah sangatlah minim, sebab mereka terpaksa mengungsi tanpa membawa pakaian atau kebutuhan hidup apapun. Sebagian besar pengungsi kesulitan membeli keperluan hidupnya karena perang, harga yang mahal, dan kekurangan uang.
Serangan Israel telah menyebabkan 85% penduduk Gaza menjadi pengungsi di tengah kekurangan makanan, air bersih, dan obat-obatan. Sementara 60% infrastruktur di wilayah Gaza rusak atau hancur, menurut PBB.
Sumber : Cakaplah.com
Komentar Anda :