Studi: Begini Cara Negara Berkembang Naikkan Kualitas Pendidikan Senin, 11/12/2023 | 11:09
(BABADNEWS)-Siswa di negara-negara maju meraih skor Programme for International Student Assessment (PISA) 2022 di atas rata-rata. Singapura dan Estonia, contohnya. Negara-negara ini meningkatkan kualitas pendidikannya dengan reformasi pendidikan berbasis teknologi sejak 1990-an.
Sementara itu, terdapat kesenjangan relatif besar antara negara maju dan negara berkembang untuk melaksanakan reformasi pendidikan berbasis teknologi. Lebih banyak sumber daya, pengetahuan, dan keterampilan di sisi negara maju jadi salah satu sebabnya.
Mengejar kualitas pendidikan, sejumlah negara berkembang termasuk Indonesia memilih jalan reformasi pendidikan berdasarkan kondisi di daerah masing-masing. Berdasarkan laporan Oliver Wyman dalam studi Peran Teknologi dalam Transformasi Pendidikan di Indonesia, negara berkembang memilih prioritas awal khusus untuk reformasi pendidikan.
Reformasi pendidikan berbasis teknologi di negara-negara maju mengedepankan kualitas, efisiensi, serta kesetaraan dan inklusi. Dalam hal kesetaraan dan inklusi, kelompok pelajar maupun pendidik yang kurang beruntung diberi akses ke perangkat dan sumber daya. Negara juga menyediakan platform pembelajaran digital nasional.
Untuk meningkatkan kualitas pembelajaran, guru di negara maju diberi pelatihan kompetensi digital, siswa diberi pembelajaran sesuai kebutuhan masing-masing, lingkungan belajar didesain agar menarik minat belajar, dan menetapkan capaian kompetensi digital dalam kurikulum nasional. Agar efisien, antarinstitusi pendidikan berbagi pengetahuan. Reformasi Pendidikan di Negara Berkembang
Menurut studi, negara-negara berkembang seperti Indonesia dan India sudah di jalan yang benar untuk mengatasi masalah mendesak di wilayahnya dalam bidang pendidikan. Guru di Indonesia sendiri memiliki tantangan:
Akibatnya, guru kesusahan memerhatikan tiap siswa, mengelola kelas yang beragam, mengikuti update metodologi pengajaran, dan menjangkau daerah-daerah pelosok. Indonesia juga mengalami kendala konektivitas seperti di India dan Vietnam. Vietnam
Negara ASEAN ini menargetkan perluasan konektivitas dahulu ketimbang Indonesia dan India, yakni per 2025. Vietnam menganggarkan3 triliun dong Vietnam (Rp 1,92 triliun) untuk menyediakan layanan internet kabel serat optik untuk semua rumah tangga sebelum 2025, diikuti dengan upaya-upaya peningkatan program pembelajaran online secara nasional.
Langkah ini diambil Pemerintah Vietnam untuk mengurangi kesenjangan rumah tangga di desa dan kota. Per 2021, 8 juta rumah tangga setempat tidak punya akses layanan internet kabel serat optik. India
Berdasarkan data UNICEF, 91 persen anak usia sekolah di India tidak punya koneksi internet di rumah, jauh di atas Vietnam (38 persen). Mengatasi masalah konektivitas yang lebih besar, Pemerintah India memilih fokus pada penyediaan konten digital di berbagai titik akses lewat televisi, radio, radio komunitas, dan media massa lainnya. Langkah ini ditempuh untuk mengurangi kesenjangan akses dan kesenjangan pembelajaran.
Indonesia
Seperti India, Indonesia juga butuh waktu lebih lama menangani masalah konektivitas dan mahalnya infrastruktur teknologi informasi dan komunikasi. Indonesia sendiri memilih prioritas fokus penggunaan teknologi untuk memberdayakan guru dan kepala sekolah. Pengembangan potensi guru dan kepala sekolah diharapkan meningkatkan hasil pendidikan murid.
Indonesia menggunakan sejumlah perangkat teknologi untuk strategi peningkatan kualitas pendidikan ini. Platform Merdeka Mengajar (PMM), salah satunya, merespons kebutuhan guru atas akses yang sama ke kesempatan belajar dan pengembangan karier. Di platform yang sama, guru dapat membagikan praktik baik di sekolahnya dengan guru-guru di daerah lain secara daring.
Perangkat Rapor Pendidikan berisi data-data hasil Asesmen Nasional dan penilaian sekolah untuk bantu kepala sekolah merencanakan perbaikan berbasis data bersama warga sekolah maupun masyarakat. Sementara itu, perangkat pengelolaan anggaran dan belanja sekolah ARKAS dan SIPLah merespons beban ganda guru dan kepala sekolah yang juga mengelola tugas administratif dan keuangan. Perangkat teknologi ini diharapkan tugas pengelolaan dapat selesai lebih efisien.
"Indonesia berada pada titik awal yang baik dan menuju ke arah yang benar. Upaya yang konsisten akan dapat memperkokoh hasil awal yang positif dalam jangka panjang," terang penulis studi Claudia Wang dan rekan-rekan dalam laporannya.